Dampak Overthinking terhadap Prestasi dan Kesehatan Mental Mahasiswa

Overthinking atau kebiasaan berpikir berlebihan menjadi fenomena yang semakin banyak dialami oleh mahasiswa di era modern. Tekanan akademik, tuntutan sosial, dan ekspektasi pribadi yang tinggi sering kali membuat mahasiswa terjebak dalam siklus berpikir yang berlebihan, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap prestasi akademik dan kesehatan mental mereka.

Overthinking sering kali membuat mahasiswa sulit untuk mengambil keputusan dan bertindak secara efektif. Ketika seseorang terlalu banyak berpikir, mereka cenderung mengalami kecemasan yang berlebihan, yang dapat menghambat kemampuan mereka dalam menyelesaikan tugas akademik. Akibatnya, mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengatur waktu, menunda pekerjaan (prokrastinasi), dan merasa kurang percaya diri terhadap kemampuan akademiknya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2024 menemukan bahwa 65% mahasiswa yang mengalami overthinking mengalami penurunan produktivitas akademik. Mereka cenderung menghabiskan waktu lebih lama dalam menganalisis suatu masalah tanpa mengambil tindakan nyata, yang menyebabkan tugas-tugas mereka menumpuk dan hasil akademik menjadi kurang optimal. Selain itu, overthinking juga dapat mempengaruhi cara mahasiswa memahami materi perkuliahan. Ketika seseorang terlalu khawatir tentang kemungkinan gagal atau membuat kesalahan, mereka menjadi kurang fokus saat belajar dan lebih rentan terhadap gangguan konsentrasi. Akibatnya, pemahaman terhadap materi menjadi tidak maksimal, yang pada akhirnya berdampak pada hasil ujian dan tugas akademik mereka.

Overthinking tidak hanya memengaruhi prestasi akademik, tetapi juga memberikan dampak yang serius terhadap kesehatan mental mahasiswa. Berpikir berlebihan sering kali dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan, stres, dan bahkan depresi. Mahasiswa yang terlalu banyak berpikir cenderung mengalami gangguan tidur, mudah lelah, dan merasa cemas dalam menjalani aktivitas sehari-hari. Menurut data dari Kementerian Kesehatan Indonesia, tingkat kecemasan dan stres pada mahasiswa mengalami peningkatan signifikan dalam lima tahun terakhir. Salah satu penyebab utama dari kondisi ini adalah kebiasaan overthinking yang tidak terkontrol. Mahasiswa yang sering berpikir berlebihan juga lebih rentan terhadap gangguan psikologis seperti panic attack, insomnia, dan kelelahan mental. Selain itu, overthinking juga dapat mengurangi rasa percaya diri dan memunculkan perasaan takut akan kegagalan. Ketika mahasiswa terlalu sering membayangkan skenario terburuk, mereka menjadi lebih pesimis dan sulit untuk menghadapi tantangan dengan optimisme. Hal ini dapat berdampak pada interaksi sosial mereka, di mana mereka cenderung mengisolasi diri dan menghindari aktivitas yang sebenarnya bisa membantu mereka berkembang.

Mengatasi overthinking bukanlah hal yang mudah, tetapi ada beberapa langkah yang dapat dilakukan mahasiswa untuk mengelola kebiasaan berpikir berlebihan ini agar tidak berdampak buruk pada prestasi dan kesehatan mental mereka. Latihan mindfulness dan meditasi dapat membantu mahasiswa lebih fokus pada momen saat ini dan mengurangi kecenderungan berpikir berlebihan. Teknik pernapasan dalam dan latihan kesadaran diri juga dapat membantu menenangkan pikiran yang gelisah. Selain itu, mengatur waktu dengan baik melalui jadwal harian dan menetapkan prioritas dapat membantu mahasiswa menghindari kebiasaan menunda pekerjaan akibat overthinking. Dengan manajemen waktu yang baik, mahasiswa dapat lebih fokus dalam menyelesaikan tugas tanpa harus merasa cemas secara berlebihan.

Media sosial sering kali menjadi pemicu overthinking, terutama ketika mahasiswa mulai membandingkan diri mereka dengan orang lain. Mengurangi waktu yang dihabiskan untuk media sosial dapat membantu mengurangi tekanan mental dan meningkatkan kesejahteraan psikologis. Selain itu, mencari dukungan sosial dengan berbicara kepada teman, keluarga, atau konselor dapat membantu mahasiswa mendapatkan perspektif baru dan mengurangi beban pikiran yang mereka alami. Dukungan sosial sangat penting dalam mengatasi kecemasan dan stres akibat overthinking. Cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan membuat jurnal pikiran, yang dapat membantu mahasiswa mengenali pola berpikir negatif dan mencari solusi yang lebih rasional. Dengan menuliskan pikiran, mahasiswa dapat mengurangi beban mental yang mereka rasakan.

Olahraga juga terbukti dapat membantu mengurangi kecemasan dan stres. Aktivitas fisik seperti jogging, yoga, atau bahkan berjalan santai dapat membantu mahasiswa untuk lebih rileks dan mengalihkan fokus dari pikiran yang berlebihan. Dengan menerapkan berbagai strategi ini, mahasiswa dapat mengelola overthinking dengan lebih baik dan mengurangi dampak negatifnya terhadap kehidupan akademik dan kesehatan mental mereka.

Overthinking merupakan masalah yang sering dihadapi oleh mahasiswa dan dapat berdampak buruk pada prestasi akademik serta kesehatan mental mereka. Kebiasaan berpikir berlebihan dapat menyebabkan kecemasan, stres, gangguan tidur, serta menurunkan produktivitas dalam belajar. Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa untuk belajar mengelola overthinking melalui mindfulness, manajemen waktu, dukungan sosial, serta aktivitas fisik. Dengan pendekatan yang tepat, mahasiswa dapat mengurangi dampak negatif overthinking dan mencapai keseimbangan antara akademik dan kesehatan mental mereka.

#Kesehatan
SHARE :
LINK TERKAIT